Rabu, 13 April 2011

Operasional Teodolit Dalam Mengukur Arah Kiblat

Teodolit sebenarnya merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan sudut vertical, teodolit juga dapat digunakan untuk mengukur jarak optis, dan membuat garis lurus.
Penggunaan theodolit dalam pengukuran arah qiblat:
1. Pasang teodolit secara benar, artinya dalam posisi tegak lurus dengan statip/ lot yang datar. Perhatikan water passnya dari segala arah, pastikan ia sudah berada di tengah dan tidak berubah-ubah,
2. Periksa tempat baterai kemudian hidupkan teodolit dalam posisi bebas tidak terkunci,
3. Bidik matahari sesuai dengan jam yang sudah disiapkan. Ingat!!!! Jangan meneropong matahari secara langung dengan mata,
4. Kunci teodolit, kemudian nolkan,
5. Hidupkan kembali, lepas kunci dan putar kea rah utara sejati,
6. Kunci teodolit, kemudian nolkan,
7. Hidupkan kembali kemudian lepas kunci dan putar kea rah azimuth qiblat. Maka teodolit telah mengatah ke arah qiblat.
8. Selanjutnya buatlah dua titik (dengan arah yang sudah ditunjukkan teodolit) kemudian hubungkan dua titik tersebut. Gaaris tersebut adalah arah qiblat,
9. Jika ingin membuat shaf, buatlah garis tegak lurus (memotong garis tadi sebesar 90 derajat).

Konsep Menghitung Arah Qiblat

Menentukan arah Qiblat hanya masalah arah yaitu ke arah Ka’bah (Baitullah) di kota Makkah. Arah tersebut dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi. Namun perlu diingat bahwa bumi berbentuk seperti bola sehingga perhitungannya berbeda dengan perhitungan arah pada koordinat Cartesius (dua dimensi) yang berlaku pada bidang datar. Perhitungan arah Qiblat harus memperhitungkan kelengkungan bumi, mengingat setiap titik di permukaan bumi ini berada pada permukaan bola bumi. Maka dibutuhkan satu metode untuk menjembatani hal tersebut. Metode tersebut adalah metode perhitungan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri).
Perhitungan arah Qiblat dengan ilmu ukur segitiga bola adalah sebagai berikut:
Untuk perhitungan arah Qiblat, ada 3 buah titik yang diperlukan, yaitu:
a. titik A, terletak di lokasi yang akan dihitung arah Qiblatnya.
b. titik B, terletak di Ka’bah
c. titik C, terletak di Kutub Utara.
Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung, maka akan diperoleh segitiga bola ABC seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.
Prinsip perhitungan sudut di atas segitiga bola.

Titik B tepat di titik C adalah dua titik yang tidak berubah, karena titik B tepat di Ka’bah dan titik C tepat di kutub utara. Sedangkan titik A senantiasa berubah tergantung pada tempat dimana yang dihitung arah Qiblatnya. Sehingga bisa dikatakan perhitungan arah Qiblat adalah suatu perhitungan untuk mengetahui berapa besar nilai sudut A, yakni sudut yang diapit oleh sisi b dan sisi c.
Pembuatan gambar segitiga bola seperti ini berguna untuk membantu menentukan nilai arah Qiblat bagi suatu tempat (kota) dihitung dari suatu titik mata angin ke arah mata angin lainnya, misalnya dihitung dari titik Utara ke Barat (U-B), barat ke utara (B-U), atau jarak dari utara Utara searah jarum jam (Utara - Timur - Selatan – Barat).
Untuk perhitungan arah qiblat, data yang adalah koordinat geografis dari tempat yang akan diukur. Sedangkan koordinat Ka’bah (21° 25' 21,17" N, 39° 49' 34,56" E) dan koordinat kutub Utara (90°N). Dengan demikian yang perlu ditentukan posisi/koordinatnya tinggal titik A yang akan dihitung arah qiblatnya.
Selanjutnya arah qiblat titik A dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Arah Qiblat:
Rumus ini berlaku umum, artinya dapat kita gunakan di mana saja kita berada, baik di lintang selatan dan utara, atau bujur barat dan timur. Sedangkan rumus praktis yang dapat kita gunakan di indonesia akan penulis sampaikan pada sub bab berikutnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui arah Qiblat. Diantaranya dengan Azimuth Qiblat dan Rashdul Qiblat.
 

Dengan Azimuth Kiblat
Azimuth Kiblat adalah arah atau garis terdekat yang menunjukkan ke Kiblat (Ka’bah). Untuk menentukan azimuth qiblat ini maka diperlukan beberapa data, yaitu :
a. Lintang Tempat (), bisa juga disebut (Ardhul Balad) yakni jarak dari daerah yang dimaksud sampai khatulistiwa diukur sepanjang garis bujur. Khatulistiwa adalah lintang 00 dan titik kutub bumi adalah lintang 900. Jadi nilai lintang lintang berkisar antara 00 -900. Di sebelah selatan Khatulistiwa disebut Lintang Selatan, diberi tanda negatif (-), di selelah utara khatulistiwa disebut lintang utara diberi tanda positif (+).
b. Bujur Tempat (), bisa juga disebut (Thulul balad) yakni jarak dari daerah yang dimaksud ke garis bujur yang melalui kota Greenwich dekat London. Sebelah barat kota Greenwich sampai 1800 disebut Bujur Barat (BB), dan sebelah timur kota Greenwich sampai 180 0 disebut Bujur Timur (BT). Bujur Barat berimpit dengan 180 0 Bujur Timur yang melalui selat Bering Alaska. Garis Bujur 1800 ini dijadikan pedoman pembuatan Garis Batas Tanggal Internasional (Internasional Date Line).
c. Lintang () kota Mekkah 210 25 ‘ 21,17” LU
d. Bujur () kota Mekkah 390 49 ‘ 34,56” BT
e. Rumus praktis untuk wilayah di Indonesia
Tan Q = tan m x cos x x cosec SBMD – sinx x cotg SBMD

Keterangan :
m = Lintang Makkah
x = Lintang Tempat
m = Bujur Makkah
x = Bujur Tempat
SBMD = Selisih Bujur Makkah Daerah

Contoh Negara, Bali :
Lintang Tempat : 08º 18’ 53,94” LS
Bujur Tempat : 114º 36’ 08,97” BT
Lintang Makkah : 210 25 ‘ 21,17”
Bujur Makkah : 390 49 ‘ 34,56”
 Langkah pertama adalah
Mencari SBMD : 114º 36’ 08,97” – 39 0 49 ‘ 34,56” = 74º 46’ 34,41”
Cara pencet : 114º 36’ 08,97” – 39 0 49 ‘ 34,56” = Shift °
 Langkah berikutnya adalah masukkan data ke dalam rumus :
Tan Q = Tan 21 0 25 ‘ 21,17” x Cos -08º 18’ 53,94” x Cosec 74º 46’ 34,41”Sin -08º 18’ 53,94” x Cotg 74º 46’ 34,41”
=230 49’ 51,78”

 Cara pencet kalkulator I
21 0 25 ‘ 21,17” Tan x 08º 18’ 53,94” +/- Cos x 74º 46’ 34,41”Sin Shift 1/x – 08º 18’ 53,94” +/- Sin x 74º 46’ 34,41”Tan Shift 1/x = Shift Tan Shift ° = 230 49’ 51,78”
 Cara pencet kalkulator II (fx 350 ES)
Shift Tan (Tan (21 0 25 ‘ 21,17”) x Cos ((-)08º 18’ 53,94”)x (Sin 74º 46’ 34,41”) x-1 – Sin ((-)08º 18’ 53,94”) x ( Tan 74º 46’ 34,41”)x-1 = Shift° = 230 49’ 51,78”
 Kalkulator III (4500P)
Shift Tan (Tan 21 0 25 ‘ 21,17” x Cos (-)08º 18’ 53,94” x (Sin 74º 46’ 34,41”) shift x-1 – Sin (-)08º 18’ 53,94” x ( Tan 74º 46’ 34,41”) shift x-1 = Shift° = 230 49’ 51,78”
 Cara pencet kalkulator IV (Karce-180)
21.422547 DEG Tan x 8.314983 DEG +/- Cos x 74.776225 DEG Sin 2ndF 1/x – 8.314983 DEG +/- Sin x 74.776225 DEG Tan 2ndF 1/x = 2ndF Tan 2ndF DEG = 23.83105
Jadi Azimuth Kiblat untuk Negara, Bali adalah 230 49’ 51,78”dari titik Barat ke Utara atau 66 10’ 08,24” dari titik Utara ke Barat dan 293 49’ 51” UTSB.

Pengertian Ka'bah

Secara etimologi Qiblat berarti arah menghadap, adapula yang mengatakan sebagai pusat pandangan[1]. Ma’luf Louis mengatakan bahwa Qiblat adalah arah yang dijadikan tempat menghadap ketika shalat[2]. Dalam Ensiklopedi Islam, oleh  Abdul Aziz Dahlan dan kawan-kawan mendefinisikan qiblat adalah  bangunan Ka’bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.[3] Sedangkan Harun Nasution, mengartikan qiblat sebagai arah untuk menghadap pada waktu shalat.[4]    

Departemen Agama Republik Indonesia mendefinisikan qiblat sebagai suatu arah tertentu bagi kaum muslimin untuk mengarahkan wajahnya dalam melakukan shalat.[5] Slamet Hambali memberikan definisi arah qiblat yaitu arah menuju Ka’bah (Makkah) lewat jalur terdekat yang mana setiap muslim dalam mengerjakan shalat harus menghadap ke arah tersebut.[6] Sedangkan yang dimaksud qiblat menurut Muhyiddin Khazin adalah arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati ke Ka’bah (Makkah) dengan tempat kota yang bersangkutan.[7]
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Qiblat adalah Arah yang merujuk ke suatu tempat di mana bangunan Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah yang digunakan sebagai arah untuk shalat.


[1]Munawwir, Ahmad Warson Al-Munawwir : Kamus Arab Indonesia Terlengkp (Surabaya:Pustaka Progessif,1997)hal
[2]Ma’luf, Louis al-Munjid (Mesir : Beirut 1975)
[3]Abdul Azis Dahlan, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. Ke-1, 1996, hlm. 944.
[4] Harun Nasution, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Djambatan, 1992, hlm. 563.
[5]Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningka Tan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN, Ensiklopedi Islam, Jakarta: CV. Anda Utama, 1993, hlm. 629. 
[6]  Slamet Hambali, Ilmu Falak I (Tentang Penentuan Awal Waktu Shalat dan Penentuan Arah Qiblat Di Seluruh Dunia), t.th., hlm. 84.

Selasa, 12 April 2011

Fungsional Kalkulator Dalam Ilmu Falak

1.      Scientific  Kalkulator
Kalkulator merupakan alat bantu praktis untuk menghitung. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa kalkulator mengalami berbagai perkembangan dan modifikasi mulai dari  hal yang sangat sederhana sampai dengan kalkulator yang bisa di program.
Kalkulator dalam ilmu falak sangatlah diperlukan, apalagi dalam ilmu hisabnya yang identik dengan perhitungan-perhitungan yang tertuju pada rumus-rumus tertentu. Namun tidak semua jenis kalkulator dapat digunakan di dalamnya. Karena ada beberapa kalkulator  yang tidak mrmpunyai komponen yang di butuhkan dalam ilmu falak. Syarat-syarat kalkulator yang bisa digunakan akan di jelaskan lebih lanjut dalam pembahasan selanjutnya. Adapun fungsi dari kalkulator dalam ilmu falak adalah untuk memudahkan menghitung dalam pencarian data.

2.      Jenis  dan Model Kalkulator
a.      Jenis kalkulator
Jenis kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menghitung dalam hisab diantara adalah Casio fx 350 D, Casio fx 350 ES, Casio fx 350 MS sampai dengan Casio fx 8000 G, Karce Kc -108, Karce Kc -131. Jenis-jenis kalkulator ini  mempunyai fungsi (tombol) sebagai berikut :
v    Mempunyai mode derajat (DEG) dan satuan derajat (  o , ,,  / DMS / DEG )
v    Mempunyai fungsi sinus ( sin , cos , tan  ).
v    Mempunyai fungsi perubahan sinus ( SHIFT, INV, 2ndf  )
v   Mempunyai fungsi pembalikan pembilang dan penyebut ( 1/x /  x -1 ). Fungsi ini  sangat penting untuk mendapatkan nilai Cotan ( 1/tan ),  Sec (1/cos), Cosec (1/sin).
v    Mempunyai fungsi minus  +/-  /  ( - )


b.      Model-Model Kalkulator
·         Model 1 : Calculator  ber-Cursor dengan tombol derajat berupa   o , ,,
·         Model 2 : Calculator  tanpa Cursor dengan tombol derajat berupa   o , ,,   
·         Model 3 : Calculator  ber-Cursor dengan tombol derajat berupa  DMS
·         Model 4 : Calculator  tanpa Cursor dengan tombol derajat berupa DEG
Dan angka-angka yang diperlukan dalam perhitungan hisab falak adalah sebagai berikut : Derajat (maksimal 360o), Menit/ Daqiqoh (Maksimal 60’), Detik/ Tsawani (Maksimal 60”), dan Jam (Maksimal 24j).

3.      Operasional Scientific Kalkulator
Langkah-langkah dalam mengoperasionalkan kalkulator::
a.        Memasukan angka derajat, menit, detik ke Calculator.
Contoh : Memasukkan angka 6o 57’ 45” ( dibaca 6 derajat 57 menit 45 detik ).
Operasional :
§  Calculator Model 1   :  o ‘ “  57  o ‘ “    45 o ‘ “    = 6.9625
§  Calculator Model 2   : 6   o ‘ “  57  o ‘ “    45 o ‘ “    = 6.9625
§  Calculator Model 3   : 6  DMS 57 DMS 45 DMS  = 6.9625
§  Calculator Model 4   : 6.5745   DEG                      = 6.9625
   Catatan : Khusus Calculator dengan tombol Derajat DEG, jika angka menit atau detik berupa angka satuan harus dipasangi dengan nol (0 )

b.        Memasukan tanda minus (-)
Contoh : Angka -6o 57’ 45” ( dibaca -6 derajat 57 menit 45 detik ).
Operasional :
·           Calculator Model 1     :  o ‘ “  57  o ‘ “    45 o ‘ “    +/-          =  -6.9625
·           Calculator Model 2     : (-)  6   o ‘ “  57  o ‘ “    45 o ‘ “            =  -6.9625
·           Calculator Model 3     :  (-)  6 DMS 57 DMS 45 DMS          =  -6.9625
·           Calculator Model 4     : 6.5745   DEG            +/-                   = -6.9625

c.         Penjumlahan
Contoh : 7o 13’ 17”  +  6o 57’ 45” = 14o 11’ 02”
   Operasional :
·      Calculator Model 1 o ‘ “  13  o ‘ “  17 o ‘ “  + 6  o ‘ “  57 o ‘ “  45 o ‘ “   =  Shift o ‘ “   14o    11’ 02”
·    Calculator Model 2 o ‘ “  13  o ‘ “  17 o ‘ “  + 6  o ‘ “  57 o ‘ “  45 o ‘ “   =    Shift o ‘ “   14o 11’ 02”
·      Calculator Model 3 :  : 7 DMS 13  DMS 17 DMS + 6 DMS 57 DMS 45 DMS  EXE  SHIFT  DMS 14o 11’ 02”
·    Calculator Model 4       :  7.1317 DEG + 6.5745 DEG  = 2ndf   DEG 14.1102
Baca hasil : angka sebelum titik adalah derajat/ jam, dua angka sesudahnya menit dan dua angka sudahnya detik.
Catatan : Untuk melakukan pengurangan, perkalian dan pembagian cukup  dengan mengganti tanda perhitungannya.

d.        Mencari nilai Sin, Cos, Tan
Contoh sin -7o 13’ 17”  =  -0.125703587
Operasional :
·         Calculator Model 1 :  o ‘ “  13  o ‘ “  17 o ‘ “  +/-   sin  -0.125703587  
Cara mengembalikan ke angka semula : SHIFT  sin  SHIFT o ‘ “     
·         Calculator Model 2 : Sin  (-)   7   o ‘ “  13  o ‘ “  17 o ‘ “  EXE   -0.125703587
Cara mengembalikan ke angka semula : SHIFT  sin  Ans  =  SHIFT o ‘ “     
·         Calculator Mode l 3: Sin  (-)  7 DMS 13  DMS 17 DMS EXE   -0.125703588  / -1.257035877 -01
Cara mengembalikan ke angka semula: SHIFT  sin  Ans  EXE  SHIFT DMS    
·         Calculator Model 4 : 7.1317 DEG +/-   sin   -0.125703587
   Cara mengembalikan ke angka semula : 2ndf   sin   2ndf   DEG

e.         Mencari nilai Cotan
Contoh : Cotan  -7o 13’ 17”  =  -7.892120364
Operasional :
·         Calculator Model 1  : 7  o ‘ “  13  o ‘ “  17 o ‘ “  +/-    tan   1/x   -7.892120364  
Cara kembali ke semula : 1/x  SHIFT  tan  SHIFT o ‘ “    
·         Calculator Model 2 (  tan   (-)   7   o ‘ “  13  o ‘ “  17 o ‘ “    )   x -1   =    -7.892120364
Cara kembali ke semula : SHIFT  tan   (   Ans x -1   )    =  SHIFT o ‘ “
·         Calculator Model 3:  (  tan  (-)  7 DMS 13  DMS 17 DMS   )   x -1   EXE    -7.892120364
Cara kembali ke semula : SHIFT  tan   (   Ans x -1   )    =  SHIFT DMS
·         Calculator Model 4: 7.1317 DEG +/-    tan  1/x   =  -7.892120364
Cara mengembalikan ke angka semula : 1/x  2ndf  tan 2ndf   DEG
Cotan adalah gabungan antara tombol  Tan   x -1
Sec adalah gabungan antara tombol      Cos   x -1
Cosec adalah gabungan antara tombol  Sin    x -1

f.         Cara Mencari Nilai dan Derajat dalam Segitiga Bola dengan Calculator
·         Derajat (Lingkaran) Ke Nilai Segitiga Bola
§   Sin    =  Sin (nilai derajat lingkaran)  Ex = Sin 30 o = 0.5
§   Cos     = Cos (nilai derajat lingkaran) Ex = Cos 60 o = 0.5         
§   Tan     = Tan( nilai derajat lingkaran) Ex = Tan 45 o = 1            
§  Cosec             = 1 : Sin ( nilai derajat lingkaran) atau kebalikan dari sin
Ex =  Cosec 30 o = 1 :  Sin 30 o = 2                       
§   Sec               =  1 : Cos ( nilai derajat lingkaran) atau kebalikan dari cos
 Ex  = Sec 60 o  = 1 :   Cos 60 o = 2
§   Cotan           =  1 : Tan ( nilai derajat lingkaran) atau sebuah kebalikan dari tan
                               Ex = Cotan 45 o = 1 : Tan 45 o = 1
·         Nilai Segitiga Bola ke Derajat (Lingkaran)
a.     Sin      = Sin‑1 = Shift Sin (nilai)
                        Ex = Sin 0.5 = Shift Sin 0.5 = 30 o
b.    Cos      = Cos‑1 = Shift Cos (nilai)
                        Ex = Cos 0.5 = Shift Cos 0.5 = 60 o
c.    Tan      = Tan‑1 = Shift Tan (nilai)
                        Ex = Tan 1 = Shift Tan 1 = 45 o
d.   Cosec   = Sin‑1(1 : (nilai))
                       Ex  =  Cosec 2 = Shift Sin (1 : (2)) = 30 o
e.    Sec      = Cos‑1(1 : (nilai))
                        Ex = Sec 2 = Shift Cos (1 : (2)) = 60 o
f.      Cotan   = tan‑1(1 : (nilai))
                     Ex   = Cotan 1 = Shift Tan (1 : (1)) = 45

Hukum Menghadap Kiblat

Sesuai dengan keberadan hokum yang fleksibel, maka hokum menghadap Qiblat pun demikian menyesuaikan illatnya
F Wajib        : Ketika shalat fardhu ataupun shalat sunnahMenguburkan                                                                                jenazah Melakukan thowaf
F Mandub    : Ketika membaca al-quran Ketika berdoa dan berdzikir  Tidur dengan posisi bahu kanan di bawah 
F Makruh     : Ketika buang air besar atau air kecil ( dalam ruangan ) Tidur terlentang dengan posisi dengan kai selunjur ( mengarah ke kibat )
F Haram      :  Buang air besar atau air kecil di tanah lapang atau terbuk
Sudah menjadi kesepakatan bahwa menghadap Qiblat ketika shalat adalah wajib, karena merupakan salah satu syarat syah shalat. Meskipun demikian ada beberapa perbedaan pendapat dari kalangan ulama’, terutama berkaitan dengan orang yang jauh dari ka’bah atau Makkah
Ø    Ulama Malikiyah, wajib menghadap ke Qiblat (’ainul ka’bah) bagi orang yang bertempat tinggal di Makkah , dan berada di tanah haram,dan berbaris lurus dengan ka’bah qiblat. Akan tetapi tidak harus persis menghadap hajar aswad.. Sedangkan bagi orang yang berada di luar ka’bah cukup dengan menghadap ke Jihat Al-Ka’bah (arah menuju ke ka’bah) [1]
Ø  Ulama Syafi’iyah, menghadap qiblat itu terbagi dalam dua cara. Bagi setiap orang yang mampu melihat Baitullah baik orang-orang yang ada di masjid Makkah, di rumah, ataupun di gunung, maka tidak cukup baginya shalat sehingga ia benar-benar menghadap Baitullah. Karena sesungguhnya ia mampu menghadap qiblat secara nyata.[2]
Ø  Ulama Hanabilah, bahwa Seseorang tidak diperbolehkan kecuali dengan menghadap ke Ka’bah jika orang tersebut mampu menentukanya secara tepat, apabila tidak maka harus dengan berijdtihad. Kemudian jika seseorang dapat melihat ka’bah secara nyata, maka ia wajib menghadapnya dalam shalatnya.
Ø  Ulama Hanafiyah, arah Qiblat adalah arah dimana letaknya ka’bah berada, bukan ka’bah itu sendiri.
Jika di dalam ka'bah dilaksanakan shalat berjamaah, maka bagi ma'mum sah-sah saja menghadap ke arah mana saja  akan tetapi yang seharusnya dihindari ialah bagaimana caranya mereka tidak menghadap ke wajah imam, karena jika hal ini terjadi maka ma'mum orang tersebut tidak sah karena mendahului imamnya. Begitu juga sahnya oranng yang shalat berjamaah, imamnya di dalam ka'bah sedangkan ma'mumnya berada di luar ka'bah yang terbuka pintunya, maka ma'mum orang tersebut sah kecuali orang yang paling dekat dengan ka'bah pada arah imamnya.[3]
Ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan dalam menentukan arah Qiblat, namun  ada tiga bagian ditinjau dari segi kuat tidaknya prasangka seseorang ketika menghadap Qiblat:
1.         Menghadap Qiblat Yakin (Qiblat Yakin), Seseorang yang berada di dalam Masjidil Haram dan melihat langsung Ka'bah, wajib menghadapkan dirinya ke Qiblat dengan penuh yakin
2.         Menghadap Qiblat Perkiraan (Qiblat Dzan, Seseorang yang berada jauh dari Ka'bah yaitu berada diluar Masjidil Haram atau di sekitar tanah suci Mekkah sehingga tidak dapat melihat bangunan Ka’bah, mereka wajib menghadap ke arah Masjidil Haram sebagai maksud menghadap ke arah Qiblat secara dzan atau kiraan disebut sebagai “Jihadul Ka’bah”.
Menghadap Qiblat dengan Ijtihad, Ijtihad arah Qiblat digunakan seseorang yang berada diluar tanah suci Makkah atau bahkan di luar negara Arab Saudi. Bagi yang tidak tahu arah dan ia tidak dapat mengira Qiblat atau dzan nya maka ia boleh menghadap kemanapun yang ia yakini sebagai arah Qiblat.


[1] Fiqh al Ibadah Maliki. Juz 1. Hal 144-145
[2] Al Umm. Juz I. Hal. 93-94
[3] Fiqh Ibadah Hanafi. Juz 1. Hal. 76

Pengantar Ilmu Falak

ilmu falak adalah ilmu yang langka kiranya saat ini sudah tak berlaku lagi. Sebagai umat islam urgensi ilmu falak sangat penting terutama dalam masalah peribadatan karena seluruhnya berkaitan dengan waktu, sehingga muncul istilah ibadah muwaqqat[1]. Mulai dari menghadap Qiblat, awal waktu shalat, awal bulan Qomariyah serta mengetahui terjadinya gerhana semua itu tak lepas dari peranan ilmu falak di dalamnya.   


Menurut bahasa  (etimologi), falak فلك )) artinya orbit atau lintasan benda-benda langit. Ilmu falak juga berarti ilmu hisab(حسب), karena dalam praktiknya ilmu ini menggunakan perhitungan. Sering pula disebut dengan ilmu rashd (لراصد) yaitu pengamatan, karena ilmu ini memrlukan pengamatan. Selain itu disebut pula ilmu Miqat (الميقات)artinya batas-batas waktu
Pokok bahasan dalam ilmu falak adalah penentuan waktu dan posisi benda langit  (matahari dan bulan) yang diasumsikan memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah. Sehingga pada dasarnya pokok bahasan ilmu falak berkisar pada :
1.      Penentuan arah Qiblat dan bayangan arah Qiblat
2.      Penentuan awal waktu shalat
3.      Penentuan awal bulan Qomariyah
             4.   Penentuan gerhana bulan dan matahari


[1] Yaitu ibadah yang ditentukan waktunya, Sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ : 103